Bismillahirrahmanirrahim ..
Jum'at , 25 Maret 2011 .
Sore ini kami berkunjung ke ponpes ******. Hm..semua siswi diwajibkan menutup aurat alias berkerudung. Yah, walaupun tidak sesempurna tuntunan firman ALLAH. Setidaknya lebih baik daripada tidak sama sekali. Ponpes ini sekaligus panti asuhan. Walaupun tak begitu banyak santrinya, bangunannya cukup memadai dan saat ini sedang dalam masa renovasi. Suasananya begitu tenang, sejuk dan benar-benar damai. Rasanya ingin berlama-lama disini.
Sang Ikhwan mulai mengumandangkan adzan, mereka sholat berjamaah di tanah lapang depan bangunan pesantren dengan menggelar tikar sholat. Kami. para akhwat* sholat di dalam ruangan. Ada hal yang mengesankan disini. Sebelum berangkat, kepsek meminta para ikhwan untuk berwudhu, dengan catatan di ponpes mereka tak lagi berwudhu. Tau apa mksud kepsek ini ? Bukan...bukan karena di ponpes airnya sedikit, tapi karena kepsek ingin sang ikhwan tidak bersentuhan dengan akhwat. Jadi, siapa yang setibanya di ponpes lantas dia (ikhwan) berwudhu berarti dia menyentuh akhwat dalam perjalanan. hihihhii . aku salut deh buat siasat kepsek ini. Two Thumbs !
Oke deh, lanjut nyokk...
Selesai sholat, kami berdzikir dan berdoa bersama sekaligus penyerahan sumbangan untuk ponpes ini yang diwakili oleh kepsek selaku pembina kami, dan diterima oleh Pak Kiai selaku pembina ponpes. Acara yang begitu khitmat, hingga ketika kegiatan ini telah hampir berakhir, rasanya enggan untuk pulang.
Waktu kami manfaatku untuk bersalam-salaman. Sempet risih, tapi toh ambil positifnya, aku hanya bersalaman dengan Pak Kiai dan Para Guru dan Kepsek, toh bagiku mereka sudah seperti orang tuaku. InsyaALLAH tidak berdosa bersalaman dengan mereka. AMIN...
Hey,..Pak Kiai ini mengenalku. Yah, pertama kali aku ke ponpes ini, aku bersama mama. Waktu itu, aku masih mengenakan c*l*n*. Kedua kalinya, bersama temanku, tepat pada Hari Assyura, kami mengantar sumbangan, saat itu aku sudah istiqomah dengan jilbab (baju kurung/gamis). Sekarang pertemuan ketiga, aku sudah mengenakkan gamis dan kerudung panjang. "Alhamdulillah" ucap pak Kiai saat melihatku yang hendak menjabat tangan beliau.
Aku jadi ingat, saat pertma kali kesini, Pak Kiai ini sempat menyindirku, katanya kurang lebih seperti ini "Adik kelas berapa ? Wah, kebetulan...bapak punya anak laki-laki semester 5, bisa dijodohkan sama adik" ucap beliau kepadaku tepat didepan mama. Yah..aku dan mama hanya tersenyum, kemudian mama menjawab dengan sopan, "Iya Ustadz, nantilah kita lihat".
Hm... ini termaksud khitbah lagi kah ? Ya ALLAH, berikan jodoh yang terbaik bagiku.
Saat itu, aku tak begitu menanggapinya, sebab aku sama skali tdk mengenal anak beliau. Tapi hari ini, aku melihatnya. Seorang Ikhwan yang bersahaja, dari wajahnya tersirat kecerdasan dan kebijaksanaan. Seorang ikhwan menggenakan baju kokoh putih lengkap dengan kopiah dan sarung yang menutup dirinya. Dengan empat matanya yang menerawang. Hm.. sampai-sampai sahabatku terpikat padanya, hingga tak henti-henti memujinya sembari berharap mendapat jodoh seperti itu.
Ya ALLAH, jaga hati, mata, pandangan, pikiran dan anggota tubuhku dari zina yang yang engkau murkai. Jagalah kesuciaanku dlam keistiqomahanku terhadap perintah-Mu...amin ya Rabb
Diary of Muslimah
Sabtu, 26 Maret 2011
sahabat kecilku akankah dia jodohku ?
Bismillahirrahmanirrahim ..
Sebulan yang lalu, ah...tidak, beberapa minggu yang lalu, tepatnya kapan, aku tak begitu mengingatnya. Saat makan siang bersama mama, mama perlahan-lahan membuka topik pembicaraan. Yang entah darimana awalnya, tapi terfokus pada satu cerita. Bunda bercerita bahwa tadi beliau kedatangan tamu. Awalnya aku tak begitu menanggapinya, bukankah itu hal wajar ? Hm..tamu itu adalah orang yang dulu tinggal tepat di depan rumahku. Aku ingat jelas bagaimana dekatnya keluarga kami dengan keluarganya, itu tak dapat ku pungkiri. Tapi...yang membuatku tersentak kaget, ternyata dulu mama dengan ibu itu berkeinginan untuk menjodohkanku dengan putra sulungnya yang tiada lain adalah sahabat kecilku, sebut saja Bintang (nama samaran).
Tentu saja hal itu membuatku spontan terdiam, suasana ruang makan pun sejenak hening.
"Lagilagi dijodohkan, hm..entah ini permintaan yang keberapa, tidak hanya temen papa, ternyata temen mamapun demikian" benakku.
Aku tak dapat lagi berkata-kata, jujur saja aku belum siap. Apalagi aku tak tahu, bagaimana dia yang sekarang. Masih seperti dulukah ? Atau ? Ah..sudahlah. Aku malas memikirkannya. Hanya membuat hatiku berzina dan membuat otakku menerawang jauh mencari sosok sahabat kecilku itu.
Mama melanjutkan ceritanya, ternyata dulu mama tak ambil serius mengenai persoalan ini. Tapi ibu Bintang sudah terlanjur serius, wajar sih, dulu aku dan Bintang benar-benar sudah amat sangat dekat. Bahkan tak jarang aku menghabiskan waktu seharian bersamanya, tapi itu ketika kami masih anak-anak.
Dewasa ini, dijodohkan dengannya, rasanya agak canggung. Risih lebih tepatnya. Pasti berasa lain.
Ya ALLAH, akankah benar, dia jodoh yang kau kirimkan untukku ? Jika benar, tolong bntu kami menjaga kesucian hati ini hingga kelak engkau persatukan dalam ikatan suci. Jika memang bukan dia jodohku, dan aku bukan jodohnya, maka kami mohon jagalah jodoh kami yang entah saat ini berada dimana. Jagalah kami dalam keistiqomahan mencari ridho-Mu sampai kelak Engkau pertemukan dengan jodoh yang telah Engkau siapkan . Amin ya Rabb
Iia Assyifa Azzahra
Sebulan yang lalu, ah...tidak, beberapa minggu yang lalu, tepatnya kapan, aku tak begitu mengingatnya. Saat makan siang bersama mama, mama perlahan-lahan membuka topik pembicaraan. Yang entah darimana awalnya, tapi terfokus pada satu cerita. Bunda bercerita bahwa tadi beliau kedatangan tamu. Awalnya aku tak begitu menanggapinya, bukankah itu hal wajar ? Hm..tamu itu adalah orang yang dulu tinggal tepat di depan rumahku. Aku ingat jelas bagaimana dekatnya keluarga kami dengan keluarganya, itu tak dapat ku pungkiri. Tapi...yang membuatku tersentak kaget, ternyata dulu mama dengan ibu itu berkeinginan untuk menjodohkanku dengan putra sulungnya yang tiada lain adalah sahabat kecilku, sebut saja Bintang (nama samaran).
Tentu saja hal itu membuatku spontan terdiam, suasana ruang makan pun sejenak hening.
"Lagilagi dijodohkan, hm..entah ini permintaan yang keberapa, tidak hanya temen papa, ternyata temen mamapun demikian" benakku.
Aku tak dapat lagi berkata-kata, jujur saja aku belum siap. Apalagi aku tak tahu, bagaimana dia yang sekarang. Masih seperti dulukah ? Atau ? Ah..sudahlah. Aku malas memikirkannya. Hanya membuat hatiku berzina dan membuat otakku menerawang jauh mencari sosok sahabat kecilku itu.
Mama melanjutkan ceritanya, ternyata dulu mama tak ambil serius mengenai persoalan ini. Tapi ibu Bintang sudah terlanjur serius, wajar sih, dulu aku dan Bintang benar-benar sudah amat sangat dekat. Bahkan tak jarang aku menghabiskan waktu seharian bersamanya, tapi itu ketika kami masih anak-anak.
Dewasa ini, dijodohkan dengannya, rasanya agak canggung. Risih lebih tepatnya. Pasti berasa lain.
Ya ALLAH, akankah benar, dia jodoh yang kau kirimkan untukku ? Jika benar, tolong bntu kami menjaga kesucian hati ini hingga kelak engkau persatukan dalam ikatan suci. Jika memang bukan dia jodohku, dan aku bukan jodohnya, maka kami mohon jagalah jodoh kami yang entah saat ini berada dimana. Jagalah kami dalam keistiqomahan mencari ridho-Mu sampai kelak Engkau pertemukan dengan jodoh yang telah Engkau siapkan . Amin ya Rabb
Iia Assyifa Azzahra
Selasa, 08 Maret 2011
terpuruk
Tak ada dayaku
tuk merangkai kata indah
Bibirku pun terasa keluh
untuk berucap
Tanganku kaku
untuk meraih pena
dan membalut kisah
dalam untaian kata
Bagaimana bisa
kan ku bingkai cerita hidupku
Ingatanku hanya tersisa
untuk hari ini saja ...
bahkan sedetik yang lalu pun
tlah mulai sirna dalam ingatanku kini ..
Apa yang bisa ku torehkan
dalam goresan penaku ??
Hidup yang kelam kah ??
Atau tangis yang hampir tiap malam
menemaniku menjemput mimpi ...
Ataukah tentang mimpi buruk
yang siap menepis segala harapku ??
Aku tahu ,,
ada TUHAN yang selalu menemani
tiap langkahku !
tapi aku terlalu lemah ..
aku tak mampu ..
bahkan mungkin ketika bisa ..
itu bukan kekuatanku ..
hanya titipan dari-Nya
untuk menjadikanku TEGAR
meski sungguh aku jauh dari "TEGAR"
dan kini berteman dengan ketepurukanku ..
tuk merangkai kata indah
Bibirku pun terasa keluh
untuk berucap
Tanganku kaku
untuk meraih pena
dan membalut kisah
dalam untaian kata
Bagaimana bisa
kan ku bingkai cerita hidupku
Ingatanku hanya tersisa
untuk hari ini saja ...
bahkan sedetik yang lalu pun
tlah mulai sirna dalam ingatanku kini ..
Apa yang bisa ku torehkan
dalam goresan penaku ??
Hidup yang kelam kah ??
Atau tangis yang hampir tiap malam
menemaniku menjemput mimpi ...
Ataukah tentang mimpi buruk
yang siap menepis segala harapku ??
Aku tahu ,,
ada TUHAN yang selalu menemani
tiap langkahku !
tapi aku terlalu lemah ..
aku tak mampu ..
bahkan mungkin ketika bisa ..
itu bukan kekuatanku ..
hanya titipan dari-Nya
untuk menjadikanku TEGAR
meski sungguh aku jauh dari "TEGAR"
dan kini berteman dengan ketepurukanku ..
Jumat, 24 September 2010
Bukan khitbah pertama .
Teman fesbuk yang baru saja ku kenal, dengan yakin mengutarakan maksudnya untuk mengkhitbahku. Sungguh sesuatu yang amat sangat tak terduga oleh nalarku. Namun, ku tolak dengan halus, kalopun dia serius, harusnya dia menghadap orangtuaku, begitu pikirku saat itu. Aku seorang siswi kelas 3 SMA, umurku belum genap 17 tahun tapi sudah beberapa kali di khitbah oleh ikhwan.
Semalam ayah bercerita padaku, ia di telepon sahabat kecilnya. Anak sahabat ayah kecelakaan, lantas ingin meminta izin untuk tidak ke kantor dalam tempo yang cukup lama. Simpang siur percakapan ayah dan sahabatnya, tiba-tiba sahabat ayah berkata dengan hati-hati.
"Gimana kalo anak-anak kita jodohkan saja?" kata sahabat ayah.
"Apa?? Anakku maksudmu?? Dia masih sekolah, maaf" kata ayah.
"Iya..kan udah mau tamat??"
"Jangan dulu...sama keponakan istriku saja, mau??" kata ayah mengalihkan.
"Ah..kalo keponakanmu saya tidak kenal, saya pengennya anakku dijodohkan dengan anakmu.."
"Kan anakku juga tidak kenal anakmu"
"Yah..tapi saya maunya anakmu aja yang di jodohkan dengan anakku."
"Aduh..maaf, belum waktunya. Saya juga tidak mau memaksa anak saya untuk mengikuti perjodohan." ujar papa kemudian.
Papa menceritakan hal itu padaku, mama pun tersenyum.
"Jangan dulu, belum saatnya. Lagian masa mau menjodohkan padahal iia belum kenal dengan pria itu." kata mama lembut.
Aku hanya tersenyum mendengarkan kedua orangtuaku. Terlihat jelas betapa amat sangat berhati-hatinya mereka untuk mencarikanku pasangan hidup yang baik, walaupun sesungguhnya aku sudah memiliki seseorang yang ku kagumi akhlak dan budi pekertinya. Dalam hati aku bergumam, "Ya Allah, kalo memang kelak aku tak berjodoh dengan pria yang ku kagumi itu, maka ikhlaskan hatiku jika memang aku harus dijodohkan oleh orangtuaku, karena sungguh aku sangat yakin mereka pun ingin yang terbaik untuk anaknya.
Siapapun kelak orang itu, aku yakin dialah jodoh terbaik yang dikirimkan Allah untukku.
:) semoga tetap istiqomah menjaga hati, pandangan, pikiran dan akhlak hingga kelak jodoh itu menghampiriku,
Amin ya Rabb
Semalam ayah bercerita padaku, ia di telepon sahabat kecilnya. Anak sahabat ayah kecelakaan, lantas ingin meminta izin untuk tidak ke kantor dalam tempo yang cukup lama. Simpang siur percakapan ayah dan sahabatnya, tiba-tiba sahabat ayah berkata dengan hati-hati.
"Gimana kalo anak-anak kita jodohkan saja?" kata sahabat ayah.
"Apa?? Anakku maksudmu?? Dia masih sekolah, maaf" kata ayah.
"Iya..kan udah mau tamat??"
"Jangan dulu...sama keponakan istriku saja, mau??" kata ayah mengalihkan.
"Ah..kalo keponakanmu saya tidak kenal, saya pengennya anakku dijodohkan dengan anakmu.."
"Kan anakku juga tidak kenal anakmu"
"Yah..tapi saya maunya anakmu aja yang di jodohkan dengan anakku."
"Aduh..maaf, belum waktunya. Saya juga tidak mau memaksa anak saya untuk mengikuti perjodohan." ujar papa kemudian.
Papa menceritakan hal itu padaku, mama pun tersenyum.
"Jangan dulu, belum saatnya. Lagian masa mau menjodohkan padahal iia belum kenal dengan pria itu." kata mama lembut.
Aku hanya tersenyum mendengarkan kedua orangtuaku. Terlihat jelas betapa amat sangat berhati-hatinya mereka untuk mencarikanku pasangan hidup yang baik, walaupun sesungguhnya aku sudah memiliki seseorang yang ku kagumi akhlak dan budi pekertinya. Dalam hati aku bergumam, "Ya Allah, kalo memang kelak aku tak berjodoh dengan pria yang ku kagumi itu, maka ikhlaskan hatiku jika memang aku harus dijodohkan oleh orangtuaku, karena sungguh aku sangat yakin mereka pun ingin yang terbaik untuk anaknya.
Siapapun kelak orang itu, aku yakin dialah jodoh terbaik yang dikirimkan Allah untukku.
:) semoga tetap istiqomah menjaga hati, pandangan, pikiran dan akhlak hingga kelak jodoh itu menghampiriku,
Amin ya Rabb
Kamis, 16 September 2010
pacaran ?? No way !
Bukan hal yang mudah untuk memendam rasa, bukan pula perkara mudah untuk menyatakannya. Inilah aku dengan segala ketertutupanku tentang CINTA. Aku terkadang harus rela menangis, saat orang yang ku cintai menjadi milik orang lain. Namun tetap ku coba istiqomah.
Kini aku beranjak dewasa, perubahan demi perubahan telah ku alami. Namun aku tetap sama, tetap iia yang pemalu dan tertutup. Banyak temanku yang bilang, masa SMA adalah masa paling indah, rugi kalo ga di nikmatin buat seneng-seneng, hura-hura, canda tawa, dan yang terpenting PACARAN. Yah, tak dapat ku pungkiri, siapa sih yang ga pengen punya pacar? Ada yang perhatiin, ada yang marahin kalo telat makan, ada yang nanyain kabar, ada yang nemenin kalo lagi sendiri, de el el. Hm...aku pernah merasakannya, tapi hanya sebatas perhatian saja, sebatas SMSan, telpon-telponan, ketemu pun jarang. Memang di usia sepertiku, cenderung suka coba-coba. Kalo di bilangin, PACARAN tuh HARAM !! Damn !! Pasti nyelutuk, emang mau aku jadi perawan tua atau jejaka tua ? Nah lohh ?
Sangat miris memang, di kondisi saat ini. Budaya mulai edan, lebih condong ke kebudayaan asing yang sebenarnya amat sangat jauh dari etika & moral ISLAM. Tapi yah, namanya saja zaman modern, kebudayaan lama di anggap KUNO, ga punya pacar di sangkain LESBY/HOMO. Lantas, apa kita harus tetap diam dengan semua ini ?
Kini aku beranjak dewasa, perubahan demi perubahan telah ku alami. Namun aku tetap sama, tetap iia yang pemalu dan tertutup. Banyak temanku yang bilang, masa SMA adalah masa paling indah, rugi kalo ga di nikmatin buat seneng-seneng, hura-hura, canda tawa, dan yang terpenting PACARAN. Yah, tak dapat ku pungkiri, siapa sih yang ga pengen punya pacar? Ada yang perhatiin, ada yang marahin kalo telat makan, ada yang nanyain kabar, ada yang nemenin kalo lagi sendiri, de el el. Hm...aku pernah merasakannya, tapi hanya sebatas perhatian saja, sebatas SMSan, telpon-telponan, ketemu pun jarang. Memang di usia sepertiku, cenderung suka coba-coba. Kalo di bilangin, PACARAN tuh HARAM !! Damn !! Pasti nyelutuk, emang mau aku jadi perawan tua atau jejaka tua ? Nah lohh ?
Sangat miris memang, di kondisi saat ini. Budaya mulai edan, lebih condong ke kebudayaan asing yang sebenarnya amat sangat jauh dari etika & moral ISLAM. Tapi yah, namanya saja zaman modern, kebudayaan lama di anggap KUNO, ga punya pacar di sangkain LESBY/HOMO. Lantas, apa kita harus tetap diam dengan semua ini ?
Senin, 09 Agustus 2010
Hijabku
Cahaya Muslimah itu lambat laun menerangi hidupku. Seperti ada sesuatu dalam hatiku yang membuatku sadar. Memang sudah lama aku berjilbab, namun aku belum BERJILBAB sebenar-benarnya. Dan inilah awal dari hidayah yang ku terima. Aku mulai aktif di pengajian yang di adakan sekolahku. Mulai terbiasa menggunakan busana muslimah, tanpa rasa minder lagi. Yah...aku mulai merasa nyaman, walaupun terkadang pandangan mata orang yang melihatku seakan-akan berkata "Loh, kok??" Aku tak peduli lagi, bagiku, yang terpenting bagiku adalah aku berada di jalan yang benar, jalan menuju Cahaya-Mu.
Tidak hanya teman-temanku, ternyata lingkungan keluargaku juga menolak keputusanku untuk BERJILBAB. Tidak !! Bukan larangan , mereka bilang belum waktunya. Tapi mau bagaimana ? Aku terlanjur jatuh hati pada JILBAB (Jalabiyah) KU. Sulit sekali untuk melepasnya, apalagi meninggalkannya.
Tidak hanya itu , kakak sepupuku pun tak mendukungku (kasian yah !)
Berawal ketika Minggu, 8 Agustus 2010. Kami berencana untuk rekreasi ke Tj. Karang. Semua bekal dll telah siap. Tinggal menunggu kakak sepupuku, Lina. Ketika itu aku mengenakan busana muslimah, paduan antara coklat dan pink serta kerudung coklat muda yang menjulur hingga ke dadaku.
Lina yang baru saja datang, spontan langsung menarikku ke kamar. Terjadilah perdebatan kecil yang hingga kini masih menyisakan tanya bagiku.
"Kenapa sih pakaian kamu kayak gini?" tanya Lina dengan nada ketus.
"Emang ada yang salah?" jawabku polos.
"Hey..mana kamu yang dulu ?? Kok udah kayak umat Muhammadiyah begini?"
"Ga pa-pa, kan bagus.."kataku membela diri.
"Pokoknya ganti !!!"
Dengan ogah-ogahan, akupun beranjak mengganti pakaianku, tidak !! Ini tidak membuat niatku luruh. Aku menggantinya dengan celana kain hitam.
"Sudah cukup??" tanyaku pada Lina.
"Belum..baju muslimahmu, ganti dengan kaos"
"Sudah ah..udah telat...kasian yang lain udah pada nunggu" kataku mengelak.
Alhamdulillah, Allah menolongku. Ini belum seberapa. Mama pun menasehatiku ketika tiba di lokasi pariwisata Tj. Karang.
"Nak...dengerin mama..Mama ga ngelarang kamu berubah seperti ini, tapi ini terlalu cepat belum waktunya, Nak.." jelas Mama lembut.
"Kenapa ??" tanyaku polos.
"Kamu masih terlalu muda, terlalu cepat dewasa kalo kamu pake pakaian begini. Mama takut, di usiamu yang punya emosi labil seperti ini, kamu ntar terpengaruh dan malah melepasnya" kata Mama hati-hati, tak ingin membuatku terluka.
"Jadi, menurut Mama, aku harus mengubah semuanya dan kembali seperti dulu (berkerudung tanpa jilbab) ?"
tanyaku lesu.
(Jilbab = baju kurung longgar sesuai tuntunan Al-Ahzab : 59)
"Kamu tahu apa yang terbaik...Mama cuma bisa nyaranin" kata Mama mengakhiri percakapan.
Sejak percakapan itu, benakku berkecamuk. Meronta !! Marah !!
Sebegitu susahnya ingin berubah, bahkan yang baik, dianggap SALAH ! Dan yang salah, dianggap BENAR karena budaya yang sudah EDAN !!
Ya ALLAH, Tunjukkan jalan-Mu.....
Tidak hanya teman-temanku, ternyata lingkungan keluargaku juga menolak keputusanku untuk BERJILBAB. Tidak !! Bukan larangan , mereka bilang belum waktunya. Tapi mau bagaimana ? Aku terlanjur jatuh hati pada JILBAB (Jalabiyah) KU. Sulit sekali untuk melepasnya, apalagi meninggalkannya.
Tidak hanya itu , kakak sepupuku pun tak mendukungku (kasian yah !)
Berawal ketika Minggu, 8 Agustus 2010. Kami berencana untuk rekreasi ke Tj. Karang. Semua bekal dll telah siap. Tinggal menunggu kakak sepupuku, Lina. Ketika itu aku mengenakan busana muslimah, paduan antara coklat dan pink serta kerudung coklat muda yang menjulur hingga ke dadaku.
Lina yang baru saja datang, spontan langsung menarikku ke kamar. Terjadilah perdebatan kecil yang hingga kini masih menyisakan tanya bagiku.
"Kenapa sih pakaian kamu kayak gini?" tanya Lina dengan nada ketus.
"Emang ada yang salah?" jawabku polos.
"Hey..mana kamu yang dulu ?? Kok udah kayak umat Muhammadiyah begini?"
"Ga pa-pa, kan bagus.."kataku membela diri.
"Pokoknya ganti !!!"
Dengan ogah-ogahan, akupun beranjak mengganti pakaianku, tidak !! Ini tidak membuat niatku luruh. Aku menggantinya dengan celana kain hitam.
"Sudah cukup??" tanyaku pada Lina.
"Belum..baju muslimahmu, ganti dengan kaos"
"Sudah ah..udah telat...kasian yang lain udah pada nunggu" kataku mengelak.
Alhamdulillah, Allah menolongku. Ini belum seberapa. Mama pun menasehatiku ketika tiba di lokasi pariwisata Tj. Karang.
"Nak...dengerin mama..Mama ga ngelarang kamu berubah seperti ini, tapi ini terlalu cepat belum waktunya, Nak.." jelas Mama lembut.
"Kenapa ??" tanyaku polos.
"Kamu masih terlalu muda, terlalu cepat dewasa kalo kamu pake pakaian begini. Mama takut, di usiamu yang punya emosi labil seperti ini, kamu ntar terpengaruh dan malah melepasnya" kata Mama hati-hati, tak ingin membuatku terluka.
"Jadi, menurut Mama, aku harus mengubah semuanya dan kembali seperti dulu (berkerudung tanpa jilbab) ?"
tanyaku lesu.
(Jilbab = baju kurung longgar sesuai tuntunan Al-Ahzab : 59)
"Kamu tahu apa yang terbaik...Mama cuma bisa nyaranin" kata Mama mengakhiri percakapan.
Sejak percakapan itu, benakku berkecamuk. Meronta !! Marah !!
Sebegitu susahnya ingin berubah, bahkan yang baik, dianggap SALAH ! Dan yang salah, dianggap BENAR karena budaya yang sudah EDAN !!
Ya ALLAH, Tunjukkan jalan-Mu.....
Langganan:
Postingan (Atom)